インドネシア現地ニュース紹介ブログ

インドネシアの様々なニュース記事などを紹介するブログです。よろしくお願いいたします。

ジャカルタ首都圏洪水対応 住民の救出、気候変動、異常気象に関する警告

こんにちは。インドネシアブログを更新します。

先行してLiputan6というニュースサイトからシェアさせていただいた内容でもあるのですが、2019年の年末12月31日から2020年1月1日ごろ、インドネシアの首都機能がありますジャカルタ首都特別州とその周辺県にて大雨が降り深刻な被害をもたらしています。

 

ニュース記事は「国家防災庁(Badan Nasional Penanggulangan Bencana)」より発表されているデータを元に進んでいきます。

 

ニュースにも出てくるのですが、すでに30名以上の死者が確認されており、死因としては、水に流された人、瓦礫の下敷きになった人、感電死した人、低体温に陥った方もいるようです。また1月1日時点で避難者は3万5千人を超えている状況です。まだ避難が必要な方はいるみたいなんですが、国家防災庁(Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB))の発表によれば、救助人員が不足しており、避難所への移送が停滞しているとのこと。今後はボーイスカウトや市民防災団も入って救助活動を展開していくそうです。ニュースに入ります。

nasional.kompas.com

ジャカルタ首都圏洪水対応 住民の救出、気候変動、異常気象に関する警告

ジャカルタ コンパスドットコム ジャカルタ首都圏では、2019年12月31日(火曜)夕刻から、2020年1月1日(水曜)にかけて大雨となり、複数地点で洪水が発生した。

国家防災庁(Badan Nasional Penanggulangan Bencana)のデータセンター長Agus Wibowo氏によると、ジャカルタでの洪水によって、3万5千人以上が避難しているとのこと(2020年1月1日)。

 

ジャカルタおよび近郊で大雨が降ったことで、川の堤防や堆積物などによる堰が崩壊し、洪水の被害が深刻化したとアグス氏は説明している。

 

「2020年1月2日までに、西インドネシア時間12時までに、ジャカルタ首都圏で35,557人が避難している。」アグス氏はkompas.comに語った。(2020年1月2日)

 

この洪水での避難者の詳細は、西ジャカルタで1,103人、中央ジャカルタで2,413人、南ジャカルタで19,089人、東ジャカルタで12,952人となっている。

 

BNPB(国家防災庁)の最新のデータによれば、今回のJabodetabekジャカルタ首都近郊)での死者は30人にのぼると報告されている。

 

17人の犠牲者については、流された人、瓦礫の下敷きになった人、感電した人、低体温等の死因であった。

 

「情報については、保健省危機管理センター、社会省、首都防災庁、軍、警察等から収集している。西インドネシア時間21時までに、洪水により亡くなった人は30になった。」とアグス氏は述べた。

 

死者が一番多かったのはボゴール県で11人であった。東ジャカルタでは11人であった。

中央ジャカルタ、西ジャカルタ、ブカシ県、ボゴール市、タンゲラン市ではそれぞれ1名亡くなっている。一方で、ブカシ市、デポック市ではそれぞれ3人が亡くなった。

 

Evakuasi warga(住民の救出)

2020年1月1日(水曜)から国家防災庁は、国軍、警察、国家捜索救助庁、首都防災庁等と協同して、住民の救助、避難所への移送を行っている。

しかしながら、国家防災庁長官ドニ・モナルド氏は、昨日水曜の段階での救出の進捗状況は遅れていることを認めている。

その理由としては、救出を行う隊員数が救助を求めている住民の数に対して十分ではないことがある。

 

「救助を求めている住民は、実に一万人を超えているが、一方現場で救助にあたる隊員数は限られている。」とドニ氏は説明している。(2020年1月2日)

 

しかしながら、すでに国軍、警察から隊員を増員して救助現場に動員して対応中とドニ氏は説明している。

 

国家防災庁はすでに関係する省庁や機関と今回のジャカルタ首都近郊での洪水対応に関する会議を開催している。

 

ジャカルタ首都特別州とその周辺の県、市等の地方政府も、河川流域において対応を行うことを要請されている。

 

「今後あらゆる分野で全面的に支援が行われる予定である、明朝からボーイスカウトや市民防災団(TAGANA)から多くのボランティアが到着する予定である。地方政府、軍、警察、国家捜索救助庁その他あらゆる機関の資源を投入する」とDoni氏は述べている。」

 

インドネシア語

Penanganan Banjir Jabodetabek: Evakuasi Warga, Modifikasi Cuaca hingga Peringatan Cuaca Ekstrem

JAKARTA, KOMPAS.com - Hujan deras yang mengguyur wilayah Jabodetabek sejak Selasa (31/12/2019) sore hingga Rabu (1/1/2020) membuat sejumlah titik tergenang banjir.

 

Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Agus Wibowo menyampaikan, setidaknya lebih dari 35.000 orang mengungsi akibat banjir Jakarta pada Rabu (1/1/2020).

 

Menurut Agus, banjir yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya terjadi akibat volume hujan yang tinggi.

 

Jebolnya tanggul dan sedimentasi sungai, tambahnya, turut memperparah dampak banjir.

 

"Hingga 2 Januari 2020 pukul 12.00 WIB, sebanyak 35.557 orang di wilayah Jakarta yang mengungsi," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (2/1/2020).

 

Perincian pengungsi akibat banjir Jakarta yakni 1.103 orang di Jakarta Barat, 2.413 orang di Jakarta Pusat, 19.089 orang di Jakarta Selatan serta di Jakarta Timur sebanyak 12.952 orang.

 

Berdasarkan data terakhir BNPB, tercatat jumlah korban meninggal dunia akibat banjir Jabodetabek mencapai 30 orang.

 

Adapun, 17 orang korban meninggal disebabkan karena terseret arus, tertimbun longsor, tersengat listrik dan hipotermia.

 

"Data dikumpulkan oleh BNPB dari Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, BPBD, TNI, POLRI, dan sumber lainnya. Sampai dengan pukul 21.00 WIB jumlah korban meninggal akibat banjir adalah 30 orang," kata Agus.

 

Korban meninggal terbanyak berada di Kabupaten Bogor yakni 11 orang. Adapun korban meninggal di Jakarta Timur sebanyak tujuh orang.

 

Adapun masing-masing satu orang korban meninggal di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, dan Kota Tangerang.

 

Sementara itu, korban meninggal di Kota Bekasi dan Kota Depok masing-masing tercatat tiga orang.

 

Evakuasi warga

Sejak Rabu (1/1/2020) BNPB bekerja sama dengan TNI, Polri, Basarnas dan BPBD untuk mengevakuasi warga untuk ditempatkan ke tempat pengungsian.

 

Namun, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengakui proses evakuasi sempat berjalan lambat pada Rabu kemarin.

 

Penyebabnya, jumlah petugas evakuasi yang tidak sebanding dengan jumlah warga yang meminta dievakuasi.

 

"Sangat betul, warga yang meminta untuk evakuasi jumlahnya belasan ribu sementara unsur aparat yang bertugas di lapangan sangat terbatas," kata Doni, Kamis (2/1/2020).

Namun, Doni menyebut sudah lebih banyak aparat dari TNI dan Polri yang dikerahkan ke lapangan pada hari ini.

 

Bahkan, BNPB sudah menggelar rapat koordinasi bersama Kementerian dan lembaga terkait guna penanganan banjir di Jabodetabek.

 

Pemerintah kota dan kabupaten di DKI Jakarta dan sekitarnya pun sudah diminta untuk melakukan tindakan khususnya di wilayah daerah aliran sungai.

 

"Nanti akan dibantu sepenuhnya oleh seluruh komponen, tadi pagi relawan banyak yang dateng dari Pramuka, Tagana dan lain-lain. Seluruh cadangan milik Pemprov, TNI, Polri, Basarnas, dan sebagainya," ujar Doni.