インドネシア現地ニュース紹介ブログ

インドネシアの様々なニュース記事などを紹介するブログです。よろしくお願いいたします。

ライオンエア・インドネシアCEO Rusdi氏激昂 事故の全ての責任は航空会社側の責任か? ボーイングへの発注済機体のキャンセルも検討。

こんにちは。インドネシアブログを更新します。

ここ最近、先のライオンエアの墜落事故に関する記事を取り上げていますが、今日もその続きです。墜落事故を起こしたライオンエアとボーイング社の対立が深まっています。既に発注済で未納入の機体についてもキャンセルを検討しているとのこと。

ライオンエアCEOであるRusdi氏は、ボーイングがこの事故に責任について、一方的にライオンエアを責めている点に激昂している状態とのこと。ロイター等が報じています。

また、前回のブログでも触れましたが、数年前、東ジャワ州にあるジュアンダ国際空港からシンガポールチャンギ空港行きのエアアジア便が行方不明になった事件なども絡めて、こういった大事故が発生した際に航空会社と、航空機会社の関係が悪化することは珍しくない、というようなことを報じています。そのときのケースでは、エアアジアは結局エアバスへの発注をやめ、ボーイング787を発注することになったそう。

ではニュースにうつります。

ekonomi.kompas.com

 

 

 

(怒るライオンエアRusdi CEO、ライオンエア、ボーイング社への発注をキャンセルか?)

2018年12月5日(水曜)西インドネシア時間6:30

ニューヨーク-コンパスドットコム

ライオンエア・インドネシアボーイング社からの航空機購入について再検討する予定であると報道された。それどころか、当社は220米ドル分の購入をキャンセルも含めて検討している。これは、10月末発生し、189人が亡くなった先の墜落事故後に加熱している双方の対立に起因するものである。

 

2018年12月5日(水曜)のロイターと、サウスチャイナモーニングポストによると、ライオンエア・インドネシアの創設者であるRusdi Kiran氏は、ボーイング社が今回の事故の責任を、ライオンエア・インドネシアを全面的に責めることで人々の関心をそらそうとしていると、激昂していると報じている。ボーイングは航空機のデザインについていくつか変更を行う。

 

ある情報によれば、Rusdi氏は、「今後納入される」残りの注文分をキャンセルする可能性についても検討しているとのこと。これは、ボーイングに対する全ての航空機の注文をキャンセルする兆候でもある。

ライオンエアは、現在190機の航空機をボーイングに発注しており、発注額は220億米ドル、ボーイング社最大の顧客の一つである。現在それらの航空機は輸送(納入)を待っている状態である。この注文は、ライオンエア社の先の197機購入に続くものである。

 

この報道に対して、ライオンエアはコメントを拒否している。

その一方で、ボーイングのスポークスパーソンは、「私たちは順を追って、この事故の全ての側面を把握するつもりであるし、調査チーム、そして全ての関係者と協力して進めるつもりだ。また、私たちはこういった非常に困難な状況に直面している状況においても、私たちの顧客をサポートしていく。」と説明している。

 

10月29日に発生した事故について運輸安全局が報告を出した後に、ボーイングは声明を発表した。同局は墜落したボーイング機は実際には正常(飛行できる状態)であったと。

実はこういった、事故が発生した後の航空会社と航空機メーカーの敵対関係は初めてのことではない。これ以前には、ライオンエアの東南アジアにおけるライバルである、エアアジアエアバス社も同じく、2014年に発生したA320行方不明事件の後、対立が加熱した。

エアアジアはその後も航空機の発注を行っているが、二社(エアアジアエアバス)の関係は回復しておらず、結局このマレーシアの航空会社は、ボーイングワイドボディ機である787型機を発注した。

 

Rusdi Kirana Marah, Lion Air akan Batalkan Pesanan Pesawat ke Boeing?

Kompas.com - 05/12/2018, 06:30 WIB NEW YORK, KOMPAS.com - Lion Air Indonesia dikabarkan akan mengkaji ulang untuk pembelian pesawat dari Boeing. Bahkan ada kemungkinan perusahaan tidak mengesampingkan rencana pembatalan pemesanan senilai 22 miliar dollar AS. Hal ini akibat terjadi perselisihan antara keduanya setelah kecelakaan pesawat yang menewaskan 189 orang pada akhir Oktober lalu.

 

Dikutip dari Reuters dan South China Morning Post, Rabu (5/12/2018), pendiri Lion Air Indonesia Rusdi Kirana diketahui marah dan menganggap Boeing mengalihkan perhatian publik dengan menyalahkan sepenuhnya kepada Lion Air atas kecelakaan itu. Padahal, Boeing diketahui melakukan beberapa perubahan pada desain pesawat.

 

Menurut sebuah sumber, Rusdi tengah memeriksa ulang kemungkinan untuk membatalkan pesanan yang tersisa dari jet Boeing "untuk pengiriman berikutnya". Hal ini jadi sinyal, kemungkinan untuk membatalkan semua pesanan pesawat ke Boeing.

Belum ada keputusan akhir yang dibuat, tetapi diskusi tentang nasib miliaran dollar AS harga pesawat yang tersisa menyoroti pertaruhan seputar penyelidikan yang melibatkan jet penjualan tercepat Boeing yakni 737 MAX.

 

Lion Air merupakan salah satu pelanggan terbesar Boeing yang saat ini memesan 190 pesawat yang total nilai pesanananya mencapai 22 miliar dollar AS. Saat ini, pesawat pesanan tersebut sedang ditunggu pengirimannya. Pesanan pesawat ini merupakan kelanjutan dari pembelian 197 pesawat yang telah dilakukan Lion Air sebelumnya.

 

Dalam laporan itu, Lion Air menolak berkomentar.

 

Sementara, juru bicara mendukung Boeing mengatakan, "Kami mengambil setiap langkah untuk sepenuhnya memahami semua aspek dari kecelakaan ini, dan bekerja sama dengan tim investigasi dan semua pihak berwenang yang terlibat. Kami juga mendukung pelanggan kami yang berharga melalui masa yang sangat sulit ini."

 

Boeing merilis pernyataannya setelah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengeluarkan laporan terkait kecelakaan pesawat Lion Air pada 29 Oktober lalu. Disinggung KNKT bahwa pesawat Boeing yang jatuh tersebut sebenarnya laik terbang.

 

Sebenarnya, perseteruan antara maskapai dengan pabrikan pesawat pascakecelakaan bukan yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, salah satu pesaing Lion Air di Asia Tenggara, yakni Air Asia dan Airbus juga sempat memanas setelah pesawat A320 hilang pada tahun 2014 lalu.

 

Walalupun Air Asia masih terus melakukan pemesanan, tetapi hubungan kedua perusahaan itu tidak pernah sepenuhnya pulih, dan akhirnya maskapai penerbangan asal Malayasia tersebut memilih melakukan pembelian pesawat widebody 787 dari Boeing.